Menu

Mode Gelap
Soft Launching Marhaen TV, Sabtu 26 Maret 2022 Mas Tok – Guntur Soekarno : Demokrasi Indonesia itu Demokrasi 50 plus 1 | Bincang Bareng Tokoh 001 GPM Maluku Utara Desak Pertanggungjawaban PLN atas Dugaan Kelalaian di Gane Barat Marhaenisme Bung Karno: Masih Relevan di Zaman Sekarang? Buku Darmo Gandul: Refleksi Kepemimpinan dan Budaya Jawa dalam Sejarah dan Kearifan Lokal

Berita · 22 Jun 2025 17:31 WIB ·

DPK GMNI FAPERTASAINSTEK UNARS Situbondo Kritisi Penulisan Ulang Sejarah: ‘Siapa yang Mengontrol Narasi, Mengontrol Ingatan Kolektif?’


					Stempel DPK GMNI Situbondo/MARHAEN.ID. Perbesar

Stempel DPK GMNI Situbondo/MARHAEN.ID.

MARHAEN.ID – Situbondo : Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fakultas Pertanian dan Teknologi Sains (FAPERTASAINSTEK) Universitas Abdurachman Saleh (UNARS) Situbondo secara resmi menyatakan sikap kritis terhadap upaya penulisan ulang sejarah yang dinilai mengabdi pada kekuasaan dan menjauh dari kebenaran rakyat.

Dengan mengangkat tema “Sejarah sebagai Alat Kekuasaan: Siapa yang Mengontrol Narasi, Mengontrol Ingatan Kolektif?”, GMNI menyoroti bahaya sejarah yang dipolitisasi sebagai alat pembenaran kekuasaan, serta menolak narasi tunggal yang mendominasi historiografi Indonesia.

Baca Juga :  Jelang 100 Hari Kerja, GMNI Mamasa: Pancasila Harus Menjadi Dasar Kepemimpinan Pemerintahan WS-HADIR

“Sejarah tidak pernah netral. Ia ditulis oleh yang berkuasa, dan seringkali menghapus suara mereka yang tertindas. Jika kita membiarkan narasi sejarah dikuasai oleh elite, maka kita sedang membiarkan ingatan kolektif kita dibentuk oleh kebohongan,” tegas Hazriel, Ketua DPK GMNI FAPERTASAINSTEK UNARS Situbondo.

Lima Poin Pernyataan Sikap

Dalam rilis resminya, DPK GMNI FAPERTASAINSTEK UNARS Situbondo menegaskan lima poin sikap tentang penulisan kembali sejarah bangsa:

1. Menolak monopoli sejarah oleh negara atau elite tertentu yang menghapus peran rakyat dan kelompok marginal dari narasi besar bangsa.

Baca Juga :  Hadapi Perubahan Iklim di Desa, Akar Desa Indonesia Teken MoU dengan Kemendes PDT

2. Mengecam pengaburan pelanggaran HAM dan kekerasan negara, termasuk peristiwa 1965 dan Reformasi 1998, dari buku-buku dan kurikulum sejarah resmi.

3. Menuntut penulisan sejarah yang kritis, terbuka, dan berpihak pada kebenaran, berdasarkan suara korban dan fakta lapangan, bukan hanya dokumen negara.

4. Mendorong dekolonisasi historiografi nasional, dengan membongkar warisan narasi kolonial yang masih membentuk pola pikir institusional.

5. Mengajak mahasiswa dan akademisi untuk menjadi bagian dari gerakan melawan narasi dominan yang menindas dan membatasi pemahaman sejarah yang adil.

Baca Juga :  Pancasila: Antara Retorika dan Realita

Ajak Mahasiswa Bangkit dan Membaca Ulang Sejarah Secara Kritis!

DPK GMNI FAPERTASAINSTEK UNARS Situbondo menegaskan bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab sejarah untuk tidak tunduk pada narasi kekuasaan yang menyesatkan. Sejarah harus menjadi alat pembebasan, bukan propaganda.

“Sebagai bagian dari gerakan nasionalis dan progresif, GMNI akan terus mendorong kajian kritis sejarah, membela suara yang dibungkam, dan melawan pelupaan yang disengaja oleh penguasa,” pungkas Hazriel. (Red)*

Artikel ini telah dibaca 24 kali

Baca Lainnya

Gelar PPAB, GMNI Morowali: Kami telah Lahirkan 13 Pejuang Marhaenis yang Siap Mengapdi untuk Rakyat

30 September 2025 - 14:47 WIB

Terpilih dalam Konfercab, Efrem Elman Siarif Ndruru dan Noval Fahrizal Gunawan Resmi Nahkodai DPC GMNI Jaktim Periode 2025-2027

28 September 2025 - 15:04 WIB

Bumikan Marhaenisme di Tanah Sintuwu Maroso, GMNI Poso Gelar PPAB ke 2

20 September 2025 - 13:29 WIB

Reformasi Polri Dimulai dengan Mencopot Sigit sebagai Kapolri

19 September 2025 - 00:04 WIB

Kaderisasi adalah Kekuatan Persatuan dalam Tubuh GMNI

16 September 2025 - 22:53 WIB

Lantik DPD PA GMNI Sulteng dan Sulbar, Prof Arief Hidayat Ajak Kader Teladani Pendiri Bangsa untuk Jaga Indonesia

14 September 2025 - 21:57 WIB