Menu

Mode Gelap
Soft Launching Marhaen TV, Sabtu 26 Maret 2022 Mas Tok – Guntur Soekarno : Demokrasi Indonesia itu Demokrasi 50 plus 1 | Bincang Bareng Tokoh 001 GPM Maluku Utara Desak Pertanggungjawaban PLN atas Dugaan Kelalaian di Gane Barat Marhaenisme Bung Karno: Masih Relevan di Zaman Sekarang? Buku Darmo Gandul: Refleksi Kepemimpinan dan Budaya Jawa dalam Sejarah dan Kearifan Lokal

Berita · 5 Okt 2025 15:05 WIB ·

Kapitalisme yang menghapus jejak peradaban Bangka Belitung


					Foto: Aditya Nugraha, Ketua DPC GMNI Bangka Belitung/MARHAEN.ID. Perbesar

Foto: Aditya Nugraha, Ketua DPC GMNI Bangka Belitung/MARHAEN.ID.

Oleh: Aditya, Ketua DPC GMNI Bangka Belitung.

MARHAEN.ID : Menyingkap tabir sejarah jauh kebelakang sebelum Indonesia merdeka, masyarakat Bangka Belitung menggantungkan hidup pada hasil bumi dan laut.

Ratusan tahun terjaga hutan dan lautnya dengan beragam ritual adat berupa _sedekah gunung_ dan _sedekah laut.

Di daratan masyarakat gemar menanam “Sahang” atau yang biasa kita sebut “Lada”, sahang bangka terkenal sebagai rempah berkualitas tinggi yang tersohor hingga ke negeri sebrang dengan istilah “Muntok White Pepper”.

Di Zaman kerajaan pada masa perdagangan lada menjadi komoditas utama yang bernilai tinggi di bumi Bangka Belitung, kilauan lada mengundang kedatangan belanda yang kemudian memonopoli perdagangan.

Baca Juga :  Menjadikan Organisasi sebagai Ratu Adil

Masyarakat pesisir pulau Bangka Belitung begitu erat terjalin hubungan yang harmonis dengan laut, beragam ikan dan kerang menopang hidup masyarakat dengan pemanfaatan yang bijak tercermin pada ritual adat tahunan sedekah laut.

Lalu yang menjadi pertanyaank mendasar bagi kita adalah bagaimana kejayaan rempah dan kekayaan hasil laut bangka belitung saat ini?

Ruang hidup masyarakat Bangka Belitung kini terhimpit korporasi besar yang bergerak di bidang pertambangan timah juga perkebunan monokultur sawit.

Baca Juga :  Hadapi Perubahan Iklim di Desa, Akar Desa Indonesia Teken MoU dengan Kemendes PDT

Setiap jengkal lahan perkebunan berganti menjadi lubang tambang pasir timah juga bentangan laut dan karang hancur melawan aktivitas pertambangan.

Sebaran tanaman lada yang sempat dipuncak kejayaannya beralih fungsi menjadi perkebunan sawit, watak kapitalisme korporasi perlahan menghegemoni masyarakat dengan memberikan CSR berupa bibit sawit yang merubah arah perkebunan lada menjadi sawit.

Setiap gram butir timah yang dikeruk tanpa belas kasih juga setiap biji sawit yang diekstrak hanya membuat semakin terjal jurang kemiskinan bagi kaum proletar dengan kaum borjuis.

Baca Juga :  Barong’s Band Milenial Resmi Diluncurkan Lewat Konser “Negeriku Cintaku”

Negara terbukti gagal dalam mengelola kekayaan bumi Bangka Belitung. Melekat dibenak masyarakat carut marut pengelolaan tambang timah yang berujung kerugian 300T juga tingginya harga bahan pokok minyak goreng menjadi bukti bahwa seluruh sumber daya alam hanya menjadi lahan eksploitatif yang juga merubah dan menodai peradaban masyarakat adat Bangka Belitung.

Kembali kita renungkan seperti apa masa depan peradaban Bangka Belitung? Sudahkah kemenangan kaum marhaen tercapai?*

Artikel ini telah dibaca 6 kali

Baca Lainnya

Sukses Dilantik oleh Arjuna Putra Aldino, DPC GMNI Halut Periode 2025-2027: Pejuang-Pemikir Bukan Sekedar Slogan

13 Oktober 2025 - 14:59 WIB

Tambang Rampok Hak Rakyat, Ketua PA GMNI Kaltim Desak Presiden Prabowo Hentikan Operasi 13 Perusahaan Raksasa

13 Oktober 2025 - 13:08 WIB

DPD PA GMNI Kaltim Tolak Pemangkasan DBH yang Dinilai Sangat Tidak Adil

13 Oktober 2025 - 12:59 WIB

Metodologi KIV: Sebagai Alat Perjuangan GMNI Melawan Tangangan Zaman

10 Oktober 2025 - 14:20 WIB

Institut Sarinah Dukung Marsinah Sebagai Pahlawan Nasional

6 Oktober 2025 - 21:19 WIB

Sukses Gelar PPAB Akbar, GMNI Kendari Wujudkan Anggota/Kader yang Progresif dan Revolusioner

6 Oktober 2025 - 16:52 WIB