Diskusi Pengembangan Media “Marhaen” diadakan secara santai via Zoom pada kamis ( 3/4/2025) mulai pukul 19:35 – 20;55 wib , dengan tujuan utama membahas arah pengembangan media “Marhen”. Inisiator pertemuan (Suryokoco) ingin mengajak kawan-kawan alumni untuk menghidupkan kembali platform media yang pernah dimulai, menentukan branding yang tepat, serta mengumpulkan ide dan dukungan untuk langkah ke depan. Selain itu, forum ini juga menjadi ajang silaturahmi pasca-Idul Fitri, sehingga pertemuan dibuka dengan salam hangat dan ucapan selamat hari raya kepada semua peserta.
Gagasan tentang Media Marhen
Suryokoco memaparkan gagasan awal mengenai Media Marhen. Pada tahun 2022 lalu, saat pelantikan pengurus BPP AGM, mereka sebenarnya telah meluncurkan channel “Marhen TV” di YouTube sebagai media komunikasi organisasi. Media ini dimaksudkan menjadi wadah publikasi berbagai kegiatan dan pemikiran alumni. Namun, karena satu dan lain hal, penggunaan nama “Marhen” sempat ditentang oleh beberapa pihak. Akhirnya, waktu itu nama channel diubah menjadi NCB (Nation Character Building) Channel atau NCB TV. Mereka sempat menyiapkan studio dan menayangkan konten di salah satu platform, bahkan membuat situs Marhen.TV. Sayangnya, upaya tersebut tidak berlanjut lama karena fokus berpindah sepenuhnya ke branding NCB.
Dalam pertemuan kali ini, Suryokoco mengungkapkan bahwa ia merasa nama NCB kurang menarik dan tidak memiliki “greget” kuat. Ia bercerita bahwa pada acara buka puasa bersama beberapa minggu sebelumnya, ia sudah menyampaikan hal ini kepada Ketua Umum (Pak Arief). Ia mengusulkan untuk kembali memakai nama “Marhen” yang dirasa lebih mengena dan mudah diingat. Alasannya, sejak awal media ini lahir dengan semangat Marhenisme dan kanal MarhenTV di YouTube pun masih ada. Mendengar usulan itu, Pak Arief sepakat dan memberi lampu hijau. Dukungan juga datang dari Sekjen Kang Abdi yang membantu menyiapkan kebutuhan rebranding.
Diskusi Nama dan Arah Branding
Para peserta kemudian membahas penggunaan nama “Marhen” dan arah branding ke depan. Setelah mendapat izin dari pimpinan, tim media langsung bergerak merek-branding ulang dari NCB ke Marhen. Backdrop studio yang tadinya berlogo NCB telah ditutup atau diganti dengan tampilan baru bernuansa Marhen. Intinya, sekarang media ini akan kembali mengusung identitas Marhen secara penuh.
Dalam diskusi, disepakati bahwa nama Marhen dirasa lebih “gampang nempel” di benak orang-orang karena sudah menjadi identitas khas gerakan mereka. Meskipun sempat ada keberatan di masa lalu, kini tim yakin bahwa branding Marhen justru memperjelas positioning media ini. Nama tersebut selaras dengan nilai-nilai perjuangan yang diikuti komunitas, sehingga konten yang disajikan nanti akan punya ciri ideologis yang konsisten. Dengan identitas yang kuat, diharapkan media ini lebih mudah dikembangkan dan bahkan memiliki nilai bisnis ke depannya (misalnya untuk menarik kerjasama atau sponsor). Semua yang hadir setuju bahwa soal nama tidak perlu dipermasalahkan lagi – “Marhen” adalah pilihan yang akan digunakan karena mewakili semangat bersama.
Pengembangan Media Online dan Studio
Selanjutnya dibahas rencana konkret pengembangan media online dan studio. Setelah rebranding, fokusnya ada dua: platform online Marhen.id dan pemanfaatan studio Marhen.
- Platform Marhen.id: Suryokoco menjelaskan bahwa situs id sudah dibangun dan mulai dijalankan secara percobaan. Media online ini dimaksudkan menjadi ruang bagi alumni dan anggota jaringan Marhen untuk berkarya dalam bentuk tulisan. Konten yang diakomodir beragam, antara lain:
- Opini: Tulisan gagasan atau pemikiran dari teman-teman alumni mengenai isu apa pun yang relevan dengan semangat Marhen.
- Berita/Kegiatan: Liputan tentang kegiatan-kegiatan organisasi alumni, komunitas, atau organ-organ Marhen di berbagai daerah. Misalnya, laporan acara, dialog nasional, kegiatan sosial, dan sebagainya.
- Sosok: Profil tokoh-tokoh alumni yang inspiratif. Banyak alumni dari berbagai kampus yang telah sukses atau berkiprah di masyarakat; rubrik ini menampilkan cerita dan pencapaian mereka.
- Fiksi & Budaya: Sempat terpikir juga untuk menyediakan ruang karya fiksi atau konten kebudayaan (misalnya untuk mengakomodir minat teman-teman di bidang budaya dan seni, termasuk gerakan Sarinah). Namun kategori ini masih berkembang sesuai masukan.
- Video: Rencananya situs akan terhubung dengan konten video dari MarhenTV (YouTube). Video-video podcast atau talkshow yang dibuat di studio bisa di-embed ke situs agar menjangkau lebih banyak audiens.
Suryokoco mendorong partisipasi aktif
Siapa pun alumni yang ingin menulis bisa mendaftar akun di Marhen.id. Sistemnya, setelah mendaftar dan login, calon kontributor cukup memberi tahu admin (tim Marhen) alamat email yang digunakan. Admin kemudian akan mengubah status akunnya menjadi penulis/author. Dengan begitu, ia bisa membuat artikel, berita, atau opini langsung di website. Beberapa orang sudah mulai mencoba mengirim tulisan dengan mekanisme ini. Intinya, platform Marhen.id terbuka bagi kontribusi komunitas, sehingga menjadi milik bersama.
- Pemanfaatan Studio: Selain media online, studio fisik yang dimiliki jaringan Marhen juga siap dioptimalkan. Studio ini sudah ada sejak peluncuran awal MarhenTV, lengkap dengan perlengkapan rekaman. Rencananya, studio akan digunakan untuk membuat podcast, talkshow, diskusi panel, dan konten video lainnya yang selaras dengan semangat Marhen. Bahkan, untuk narasumber yang jauh atau tidak bisa hadir langsung, akan disiapkan format tayangan jarak jauh dengan platform Zoom. Konsepnya, acara bisa digelar via Zoom dan disiarkan/rekam layaknya talkshow, sehingga orang dari berbagai daerah tetap bisa berpartisipasi tanpa harus datang ke studio. Hal seperti ini pernah dicoba sebelumnya, dan tim ingin mengembangkannya lebih lanjut.
Kawan-kawan di pertemuan terlihat antusias dengan kedua aspek ini. Mereka sepakat bahwa kehadiran media online dan konten video/audio dari studio dapat saling melengkapi. Media Marhen akan menjadi multiplatform: ada situs berita dan opini, ada kanal YouTube (MarhenTV) untuk konten visual, didukung oleh aktivitas studio. Semua ini diharapkan memperkuat jangkauan pesan-pesan organisasi dan memberi ruang ekspresi bagi anggota.
Ide Pembentukan Badan Hukum/Koperasi Media
Salah satu topik menarik yang muncul adalah gagasan untuk membentuk badan hukum bagi media Marhen, kemungkinan dalam bentuk koperasi. Ide ini pertama kali dilontarkan oleh Suryokoco saat diskusi: apabila nantinya penulis/kontributor yang aktif sudah cukup banyak (disebut angka sekitar >9 orang), mungkin sudah saatnya media ini dinaungi badan hukum formal. Bentuk koperasi dianggap cocok dengan semangat kebersamaan gerakan Marhen.
Suryokoco menekankan bahwa konsep koperasi di sini bukan berarti langsung bicara soal iuran modal atau bisnis besar-besaran. Koperasi dimaksudkan sebagai kumpulan orang yang bersatu secara resmi untuk mengelola media secara gotong royong. Prinsip koperasi adalah “saling membantu diri sendiri secara bersama-sama” – artinya setiap kontributor membantu dirinya dan yang lain dengan bekerjasama. Dengan badan hukum yang jelas, diharapkan keberlangsungan media lebih terjamin karena ada struktur dan komitmen anggota.
Bang Sistem Ginting sangat mendukung profesionalisasi ini. Ia berbagi pengalaman bahwa agar media bisa berkembang dan diakui, perlu dikelola layaknya unit usaha yang profesional. Menurut Bang Ginting, akan lebih baik jika media Marhen tidak hanya dianggap unit kegiatan internal organisasi, tapi ditingkatkan menjadi unit usaha resmi di bawah badan hukum (misalnya koperasi atau perseroan terbatas/PT). Dengan legalitas yang jelas (akte perusahaan, NPWP, dll.), media ini nanti bisa leluasa menjalin kerja sama dengan pihak luar, termasuk pemerintah pusat atau daerah. Ia memberi contoh, dalam pengalamannya seringkali instansi pemerintah baru bisa mendukung program media kalau medianya punya badan hukum jelas. Jadi, langkah ke arah sana penting agar Marhen bisa tumbuh, mandiri secara finansial, dan menampung potensi kader-kader alumni yang berbakat di bidang jurnalistik.
Seorang peserta lain, Bung Yakim (Yakimsa), menambahkan wawasannya. Ia menceritakan tentang media “Prisma”, sebuah media gerakan koperasi yang pernah dihidupkan kembali oleh kelompok lain. Prisma ini konsepnya mirip jurnal atau bulletin koperasi. Sayangnya, Prisma sempat tersendat karena pengelolanya memiliki perbedaan interpretasi ideologi, sehingga tidak satu visi. Pelajaran dari Prisma, kata Bung Yakim, adalah pentingnya kesamaan pandangan. Nah, karena komunitas Marhen relatif solid dengan ideologi yang sama, ia optimis inisiatif media koperasi akan lebih lancar. Ia mendukung pembuatan badan hukum koperasi untuk media Marhen, dan secara konkrit mengusulkan agar konten seputar koperasi diberi ruang khusus di Marhen.id. Usulan ini langsung disambut positif – Suryokoco mengangguk dan berkata kategori “Koperasi” bisa segera ditambahkan di situs agar tulisan-tulisan tentang gerakan koperasi atau ekonomi kerakyatan punya tempat tersendiri.
Masukan dari Peserta
Diskusi berlangsung cair, dengan beberapa peserta aktif menyumbang pendapat:
- Bung Dumadi (alumni Undip Semarang) menyampaikan pandangan yang bernuansa historis dan ideologis. Ia mengucapkan salam dan selamat lebaran, lalu bernostalgia bahwa sudah hampir tiga dasawarsa ia berkecimpung dalam gerakan Marhaen. Menurut Mas Dumadi, nama atau istilah bukanlah hal terpenting – ia mengibaratkan kata “Marhen” hanyalah label yang bisa berubah-ubah. Inti yang lebih krusial adalah konsistensi gerakan di akar rumput. Ia mengingatkan bahwa sejak era perjuangan, perubahan besar selalu digerakkan oleh arus bawah (grassroots). Jadi, apapun nama medianya, yang penting media ini mampu mewadahi gerakan inklusif dari bawah dan menyuarakannya. Mas Dumadi juga menyinggung 10 tesis Marhaenisme dan pentingnya reframing perjuangan sesuai zaman (dalam hal ini era digital). Ia setuju media digital Marhen perlu digarap supaya pemikiran-pemikiran yang dianut organisasi bisa terus disebarkan dan tidak hilang ditelan informasi mainstream. Namun, ia mengingatkan untuk tetap fokus pada esensi perjuangan, bukan hanya kemasan. Terakhir, terkait koperasi, Mas Dumadi sependapat bahwa konsep itu menarik, tapi harus dibahas matang. Ia bercanda sedikit tentang Bung Hatta (Bapak Koperasi Indonesia) yang pernah menyebutkan inti koperasi adalah kumpulan orangnya, bukan kumpulan modal. Jadi jangan sampai semangat koperasi tergeser oleh orientasi materi semata. Ulasan Mas Dumadi ini memberi perspektif ideologis agar media Marhen tetap berpijak pada nilai-nilai perjuangan.
- Bung Sistem Ginting, seperti disinggung sebelumnya, memberikan masukan berharga tentang profesionalisasi media. Ia menegaskan kembali sarannya agar media dikelola secara profesional. Bang Ginting berpendapat media ini bisa menjadi wadah untuk kader-kader Jemari (istilah untuk jaringan alumni Marhen) yang punya minat/karier di dunia pers dan konten. Dengan manajemen profesional dan payung hukum jelas, media Marhen dapat membuka peluang kerjasama, magang, atau proyek dengan berbagai pihak. Intinya, selain fungsi penyebaran ideologi, media ini juga diharap bisa memberdayakan anggota secara ekonomi dan karier. Bang Ginting sangat setuju dibentuknya struktur resmi (koperasi atau PT) secepat mungkin dan mendorong tim bergerak berani di jalur tersebut.
- Bung Yakimsa turut menimpali ide-ide sebelumnya. Ia mendukung adanya kategori konten khusus koperasi di situs, sesuai usulan Bung Yakim. Menurut Kang Yakimsa, hal itu sejalan dengan identitas gerakan Marhen yang pro ekonomi kerakyatan. Ia juga menambahkan mungkin ke depan situs bisa mengembangkan rubrik-rubrik lain sesuai minat pembaca, tapi prioritas sekarang adalah membangun fondasi konten yang sesuai visi.
- Ito Hasibuan, Julius (Bung Boni), Romli, dan peserta lain lebih banyak mendengar namun sesekali mengiyakan dan mendukung poin-poin yang muncul. Beberapa di antaranya sudah diberi akses sebagai penulis di Marhen.id dan siap menyumbang tulisan. Kehadiran mereka menambah semangat diskusi karena menunjukkan antusiasme lintas angkatan. Pak Ibrahim juga sempat hadir dan disapa hangat ketika bergabung kembali ke forum (sempat terputus koneksi), menandakan dukungan para senior terhadap inisiatif ini.
Secara umum, setiap peserta yang berbicara mendukung pengembangan kembali media Marhen. Masing-masing memberikan warna: ada yang fokus pada idealisme, ada yang fokus pada aspek bisnis, dan ada pula yang menawarkan pengalaman praktis. Hal ini membuat diskusi kaya tetapi tetap sejalan menuju tujuan yang sama.
Rencana Tindak Lanjut
Menjelang akhir pertemuan, sejumlah rencana tindak lanjut dirangkum dan disepakati secara informal oleh semua yang hadir:
- Penggunaan Nama Marhen: Sudah disepakati bahwa semua kanal media akan menggunakan branding “Marhen”. Tidak ada lagi keraguan soal nama. Langkah konkret yang sudah dan akan terus dilakukan adalah mengganti logo, backdrop, dan identitas visual dari NCB ke Marhen di studio, situs, dan media sosial. Hal ini diharapkan tuntas secepatnya, sehingga publik mengenali konsistensi nama Marhen.
- Pengembangan Situs Marhen.id: Tim akan terus mengembangkan website. Kategori “Koperasi” akan ditambahkan untuk menampung tulisan terkait ekonomi gotong royong, sesuai usulan peserta. Panduan teknis menulis di situs akan disebarkan agar lebih banyak alumni berani mencoba mengirim artikel. Suryokoco dan tim admin akan menindaklanjuti para calon kontributor yang sudah mendaftar dengan mengaktifkan akun mereka sebagai penulis. Diharapkan makin banyak konten opini, berita kegiatan, dan profil alumni terbit secara rutin di Marhen.id.
- Program Konten Studio: Dalam waktu dekat, studio Marhen akan mulai digunakan kembali. Rencananya akan dijadwalkan sesi podcast atau talkshow perdana pasca-Lebaran. Tim perlu mempersiapkan tema dan narasumber. Beberapa ide topik sudah muncul (misalnya diskusi isu terkini dari kacamata Marhen, atau wawancara tokoh alumni). Peralatan teknis akan dicek ulang agar siap, termasuk uji coba siaran via Zoom untuk memastikan kualitas jika format jarak jauh dipakai. Sekjen Kang Abdi telah mendukung penyediaan fasilitas, sehingga tim tinggal memaksimalkan penggunaan ruang studio yang ada.
- Pembentukan Koperasi/Badan Hukum: Soal legalitas media, ini menjadi PR jangka menengah. Semua sepakat idenya bagus, tapi perlu diskusi lanjutan lebih detail. Langkah awal, Suryokoco berencana berkoordinasi dengan Sekjen dan Bang Prince (tokoh DPP lainnya) segera setelah libur Lebaran. Tujuannya untuk mendapatkan arahan organisasi dan dukungan formal tentang skema koperasi atau bentuk badan hukum apa yang paling pas. Setelah ada green light, kemungkinan akan dibentuk kelompok kerja kecil yang mengurus pendirian koperasi media Marhen, termasuk aspek hukum, AD/ART, dan pembagian peran anggota. Kawan-kawan yang berpengalaman di dunia media dan bisnis akan dilibatkan intensif dalam perumusan konsep ini (Bang Sistem Ginting, Bung Yakim, dkk kemungkinan jadi tim inti). Tidak menutup kemungkinan juga akan ada pelatihan atau workshop agar para kontributor memahami pengelolaan media profesional dalam kerangka koperasi.
- Kolaborasi dan Komunikasi Lanjutan: Sebagai tindak lanjut komunikasi, disepakati bahwa percakapan akan berlanjut melalui grup WhatsApp/Telegram yang sudah ada untuk tim media. Di grup itu, ide-ide baru tetap bisa didiskusikan sehari-hari. Jika diperlukan, pertemuan lanjutan via Zoom akan dijadwalkan, terutama setelah beberapa progres tercapai (misalnya setelah Sekjen memberikan arahan soal koperasi, atau setelah situs di-launching resmi). Intinya, semua peserta berkomitmen untuk terus terlibat sesuai kapasitas masing-masing. Ada semangat kebersamaan bahwa media Marhen ini adalah milik bersama dan tanggung jawab bersama.
Pertemuan diakhiri dengan nuansa optimis dan rasa kekeluargaan. Tidak ada notulen formal yang kaku, namun poin-poin penting di atas tercatat dalam ingatan bersama sebagai kesepahaman. Kawan-kawan saling mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan kontribusi ide. Semua sepakat bahwa langkah kecil yang dimulai ini akan ditindaklanjuti secara nyata. Media Marhen diharap bisa bangkit kembali menjadi suara kolektif alumni, wadah kreativitas, sekaligus alat perjuangan di era digital – dikelola secara santai tapi serius, informal tapi berisi, dan yang penting sesuai semangat gotong royong ala Marhen. Pertemuan pun ditutup dengan semangat Merdeka! dan doa agar rencana-rencana tersebut lancar terwujud.